Huaaaah, yesterday was a tired day. Bayangin aja setelah semaleman suntuk bergadang tanding dota 2 bareng temen, besoknya harus pergi ke sumedang sama keluarga. Awalnya sih saya mau ngebatalin ikut, cuma salah seorang saudara yang sering dipanggil "abah" bilan sama saya, "Ah ey gimana km teh, udah dicariin pancingan malah batal ikut". Denger perkataannya setengah terpaksa saya langsung masuk mobil tanpa mandi dan sikat gigi dulu.
Sepanjang perjalanan saya hanya terdiam merhatiin para penumpang dalam mobil yang saat itu terdiri dari babeh ku, Paman dari ibu yang sering dipanggil ucup, Abah sama tante dan supir. Dari awal berangkat babeh dan abah tidak henti mengomentari tentang bobroknya negeri ini, setiap billboard iklan yang terpasang di pinggir jalan dan kejayaan masa lalu mereka masing - masing.
Hingga sampai perbatasan sumedang, mereka bertiga tidak henti tertawa dengan leluconnya. Sampai suatu keadaan dimana mang ucup mencoba melawak tapi gagal total. Jadi, Pas Gapura selamat datang sumedang macet parah gitu, Mang ucup memperkirakan kalo penyebab macetnya adalah "iring - iringan singa depok", katanya lantang. Eh, pas mobil bejalan pelan - pelan terlihat orang - orang beramai - ramai jalan, saya mulanya setuju itu singa depok, eh ternyata iring - iringan orang mengantar orang meninggal ke peristirahatan terakhir. Mendadak semua terdiam.
2 jam lebih perjalanan akhirnya kita sampai ditempat tujuan, sebuah rumah - rumahan sederhana dimana didepannya ada empang untuk memancing dikelilingi hamparan sawah yang hijau, disana juga sudah menunggu kakak saya dan istrinya yang sampai duluan. And the story began here....
Orang - orang langsung meracik umpan terbaiknya sesampainya di tempat yang sering kita sebut "Balong". Sementara orang lain sibuk, Abah bergegas mencari lapak terbaik untuk memancing lalu memasang payung dan persiapan memancingnya disebuat lapak yang dirasa hoki untuk hari itu. Kala orang belum selesai meracik umpan, abah langsung heboh dengan first strikenya, sebuah ikan sangat besar seukuran pohoh toge. Melihat itu, semua orang tertawa terbahak - bahak.
Tidak mau ketinggalan, babeh, kakak, ucup dan supir langsung mencari lapak terbaiknya. Babeh merasa lapak terbaiknya dekat abah, Mang ucup dibawah sebuah pohon nan rindang, kakak dan mas supir memutuskan lapaknya dibawah pohon pisan. Saya ? mencari tempat paling teduh biar tidak kepanasan saat mancing dan angle yang bagus untuk post poto diinstagram ahaha
1 jam berlalu, terjadi banyak strike abah, babeh dan kakak beberapa kali merasakan sensasi paling ditunggu oleh para pemancing. Saya, mang ucup dan supir hanya terdiam sambil merasakan hati yang panas kala melihat mereka menarik ikan. Sekitar jam 11an paman saya yang rumahnya disumedang datang bergabung. Dan hati saya makin panas ketika paman saya yang baru duduk dan melemparkan kail yg diisi penuh umpan langsung disambar oleh ikan dan STRIKE.
Saat itu saya jadi tau, Kalo ikan tuh mirip manusia. Suka ngeharkosin dan tipe pemilih. Harkosnya adalah narik - narik umpan tapi enggak memakan umpannya. Dan pemilih ketika hanya memilih umpan babeh, mang ucup, mang idis, abah, kakak, dan mas supir tapi enggak milih umpan saya juga. saking asiknya memancing, waktu pun tanpa terasa berlalu cepat. Saat terasa sudah 8 jam memancing, saya menyadari hari sudah sore. Tepat di jam 5 sore semuanya berhenti memancing dengan perolehan abah 30 ikan, babeh 28 ikan, kakak 18, Mang ucup 12 ikan, Mas 10 ikan, Mang idis 8 ikan, Saya 3 ikan.
Macetnya jalanan sumedang ke bandung ngebuat kita telat sampai rumah, Sekitar pukul 9 malam kita sampai dirumah padahal biasanya perjalanan sumedang bandung hanya 2 jam. Saya langsung mencari bantal empuk untuk menenggelamkan kepala ini dipelukannya, menggobati rasa kantuk yang tak tertahankan ini. Holiday kemarin saya belajar beberapa hal, ternyata bahagia itu memang sederhana yaitu cukup dengan memancing walaupun hanya dapat ikan tiga, gak perlu memaksakan untuk bisa keliling dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar