Sabtu, 05 Oktober 2013

Life is Art of Drawing Without An Eraser



Selamat malam Figuran Asmara …

Aaak, gatau kenapa mendadak bingung kala mau mengetik kata pertama untuk postingan sekarang. Biasanya sih gak kayak gini, padahal disisi lain banyak sekali yang ingin diceritakan. Mungkin efek bentar lagi punya pacar kali yaa ampe bisa kayak gini. Moga aja deh bener begitu biar anunya gak lebih sepi dibanding kuburan *nujuk hati*.

Karena sedang menjadi seorang penulis produktif yang mempostingkan tulisan setiap harinya. Saya bakalan mencoba menuliskan sesuatu yang sebetulnya masih blur dalam benak. Saya berharap dari tiap kata yang diketikan secara acak – acakan perlahan sesuatu yang blur tersebut mampu saya tulis dengan baik dalam postingan kali ini.

Kemarin siang saat sedang mantau timeline, enggak sengaja saya nemuin tweet bagus dalam salah satu account. Isi tweetnya adalah @nulisbuku: “life is the art of drawing without an eraser.” – John W. Garner. Kalo ditelusuri kembali, saya rasanya maknanya cukup dalem nih quotes.


Hidup adalah karya menggambar tanpa penghapus, memang bener gitu kali adanya yang namanya hidup. Seiring berjalannya waktu kita bikin banyak cerita, kesalahan dan penyesalan baru sadar maupun tanpa disadari dan sayangnya kita gak pernah bisa menghapus itu semua supaya ngebuat hidup kita terlihat sempurna tanpa sedikitpun kecacatan.

Saya jadi inget beberapa hal yang saya alami kemarin – kemarin, ketika Tuhan dengan jalan-Nya mengarahkan saya di drop out dari universitas dimana saya kuliah dulu. Sejujurnya sih gak pernah kepikiran bakal ngerasain dikeluarin dari kampus karena sebelumnya saya tidak punya track record jelek dalam menjalani bahtera pendidikan.

Dari jenjang sekolah dasar hingga menengah keatas perjalanan pendidikan saya mulus – mulus aja. Tapi yang namanya idup kita sebagai manusia gak pernah bisa tau apa yang akan terjadi dimasa depan nanti. Terkadang sesuatu terjadi tidak seperti yang kita rencanakan, terkadang juga sesuatu terjadi diluar yang kita rencakan dan terkadang pula bisa terjadi justru tidak pernah kita rencanakan sebelumnya.

Emang sih ketika introspeks kembali, yang membuat saya didrop out adalah salah saya sendiri. Yang lebih mengutamakan kepentingan kecil serta melalaikan kepentingan besar  sampe pada akhirnya kelalaian tersebut menyisakan penyesalan. Kalo bisa sih saya pengen tuh ngehapus history pendidikan kuliah dalam hidup saya, supaya orang – orang tidak tau kalo saya sempat menjadi seorang mahasiswa yang gagal biarlah mereka mengenal saya seorang yang hanya berpendidikan sma saja. Ya, bukan gagal lulus melainkan gagal menjalankan tugas sebagai mahasiswa yang sebenarnya.

Saya juga kembali teringat satu moment dimana saya kembali gagal menjalankan kepercayaan orang tua disaat dipercayakan mengelola sebuah warnet. Dan lagi lagi itu semua dikarenakan kelalaian saya yang selalu menempatkan kepentingan kecil diatas kepentingan seharusnya. Padahal harusnya warnet tersebut merupakan tolak ukur menebus kesalahan saya kala gagal berkuliah dulu. Kesempatan membuktikan walaupn tidak kuliah saya bisa sukses.

4 tahun warnet berjalan, dan saya berada dalam dunia dimana sulit sekali merasa bebas sebagai manusia yang seharusnya bebas. Kala warnet mulai growing maju, saya milih melepasnya karena sebuah alasan. Kadang juga saya kepengen menghilangkan history kalo saya sempat menajdi seorang pengusaha warnet. 

Terakhir, kemarin – kemarin saya ngerasa bersalah banget karena tanpa sadar kedalam hubungan yang seharusnya tidak dimasuki. Saya jatuh cinta sama orang yang udah punya pacar. Untungnya aja saya enggak memperbanyak kesalahan saya dengan terus – terusan ngasih dia sesuatu yang menyamankan dan bakal dia rindukan ketika kehilangan. Karena saya takut ngenganggu hubungan mereka walaupun tanpa sadar itu semua sudah saya lakuin. 

Gagal, salah, itu gak enak, asli deh beneran. Tau kan kebiasaan orang Indonesia yang bakalan ngerasa seneng kalo salah satu orang ada yang menderita. Jadi ketika orang lain tau kalian sedang merasakan penderitaan hasil dari kegagalan dan kesalahan, itulah saat dimana kalian bakal dijadikan bahan candaan.

Sambil nikmatin kopi hangat ditemani alunan lagunya two triple o yang aku cinta kamu. Saya terdiam dengan mata menatap kosong kelayar monitor. Emang ya manusia itu gak pernah tau kapan dapet kegagalan dan bikin kesalahan yang disengaja atau enggak. Paling saat menyadarinya, kesalahan atau kegagalan itu udah kita buat dan rasain. Memang gagal dan salah itu mirip banget kayak kuntilanak yang sering ada dalam film layar lebar, terlihat dari jauh lalu menghilang kemudian muncul didepan muka. Ngebuat kita milih mau dihadapi atau melarikan diri ?

Saya lalu bergegas menuliskan dalam kertas tentang sesuatu yang muncul tanpa disadari sehabis kegagalan terjadi. Dulu, sehabis didrop out dari kampus, ketika orang tua enggak percaya lagi sama saya untuk melakukan sesuatu lebih, Tuhan malah mempercayakan saya mengelola sebuah warnet. Mencoba memaksimalkan kepercayaan yang Tuhan kasih namun akhirnya tetap gagal lagi dan lagi tanpa disadari Tuhan menitipkan hal tidak biasa, saya punya hobi menulis dan berani bermimpi kembali untuk menjadi penulis.

Disaat saya tuhan masukan kedalam hubungan dia sama pacarnya. Tuhan lagi lagi menunjukan kemurahan hatinya dengan menitipkan kesabaran lebih dan berbagai macam ide unik yang membuat saya semakin bersemangat menjalani hidup dan mempersiapkan diri untk mengeksekusinya. Mungkin juga ide tersebut bakalan menjadi alasan Tuhan mempertemukan kembali kita nanti.

Memang apa yang di bilang John W. Garner “Hidup itu adalah menggambar tanpa penghapus.”. Ya, walaupun tidak ada penghapus buat ngehapus berbagai kesalahan dalam hidup, Tuhan pasti nyiapin pensil warna lainnya, untuk memperbaiki kesalahan dalam gambar tersebut hingga pada akhirnya gambar pun terlihat lebih bagus.

Saya jadi keinget perkataan @poconggg dalam sebuah wawancara disebuah Radio. Ketika itu arief bilang “hidup itu buat salah, soalnya kalo enggak pernah salah mana bisa kita nyari pelajaran buat memperbaikinya hingga bener”.

Iya sih walaupun kita gak pernah bisa ngehapus berbagai kesalahan dimasa lalu tapi Tuhan dengan kasih sayangnya memberi kesempatan untuk memperbaikinya. Layaknya ketika beli sepatu baru aja, sehabis dipake beberapa bulan dan kita cuci sebersih apapun tetep aja gak akan sama seperti pertama kali membeli.
Karena terkadang ketika menghapus sesuatu kadang menghapus sesuatu lainnya. Jadi, meskipun dalam hidup tidak pernah bisa menghapus, pasti ada cara untuk memperbaikinya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar