Selamat malam Figuran Asmara …
Tanpa bisa dihindari, dihalangi, terkadang
masa lalu datang menghampiri tanpa permisi…
Kalimat diatas merupakan apa yang
sedang saya rasakan sekarang. Sedang bahagia – bahagianya menyusun masa depan,
eh mendadak muncul berbagai ingatan masa lalu. Aneh juga sih, soalnya udah saya
coba simpan serapih – rapihnya disebuah ruang yang udah disediakan, tanpa
alasan yang jelas ruang tersebut perlahan terbuka. Mengingatkan tentang yang
lalu – lalu, betapa hebatnya dulu dan kurang mengenakannya perpisahan.
Mau gimana juga hidup memang
kumpulan kepingan masa lalu yang tidak akan pernah bisa dihilangkan sekeras
apapun kita nyoba. Dan untuk sekarang saya memilih menuliskan dalam posting ini
tentang masa lalu yang melintas tanpa permisi diantara bahagianya suasana hati.
So, bersiaplah bernostalgia dengan bermacam kejadian masa lalu kalian
Sewaktu maen dota 2 sama temen,
saya kembali keingetan tentang sesuatu yang dulu sangat akrab dengan saya. Dan saya
menganggap itu adalah rumah kedua, dimana tempat terbaik mencari kesenangan dan
beteduh dikala hujan. Saya keingetan Struggle Net, warnet yang merupakan
pencapaian terbesar saya dalam hidup, tempat yang memberikan banyak kisah, yang
menjamin koneksi internet saya tetap aman, dan yang baru beberapa bulan
belakang harus terpaksa tutup.
Ya, harus terpaksa tutup soalnya
ketika buka warnet saya masih sewa tempat di orang lain. Jadi ketika yang si
mpunya mau pake tempat tersebut, mau enggak mau, terpaksa atau enggak, saya
harus angkat kaki. Padahal kalo dihitung – hitung udah sekitar 4 tahunan lebih
saya menjalankan warnet struggle, suka dan duka jadi hal yang melengkapi
berbagai bagian didalamnya.
Ngomongin struggle net pasti gak
bisa dilepasin dari usaha membuatnya. Ide membuat warnet tercetus kala saya
sering main diwarnet dan menghabiskan uang yang lumayan. Jika diitung – itung sih
sekali maen bisa habis 4 jam, kalo mainnya personal udah 12ribu dan paket
10ribu. Dan itu dalam sehari mana biasanya seminggu saya bisa bolak balik
warnet hingga 3 atau 4 kali. Kebayang gak kalo sebulan habisnya berapa :D
Sekitar tahun 2009 awal,
universitas tempat saya berkuliah mengeluarkan keputusan yang menghentikan saya
secara terpaksa untuk meraih gelar S1 seperti kakak. Ya, saya didrop out karena
kehadiran yang bolong – bolong disemester 4. Sewaktu down – downnya idup
sehabis di keluarin dari kampus, diiringi beberapa minggu sehabisnya pacar yang
udah menjalani hubungan sama saya selama 2 tahun, memilih untuk meninggalkan
saya karena udah saling gak cocok.
Memang yang namanya sakit hati
merupakan motivasi terbaik untuk maju, saya ngalamin itu. Ketika sakit hati
sehabis diputusin, dorongan menjadi semakin lebih baik pun makin besar sehingga
terlahirlah ide membuat warnet selain untuk membuktikan kalo saya bisa maju
tanpa mantan, bikin warnet juga merupakan salah satu cara sebagai jalan keluar
menghemat uang karena saya bisa internetan kapanpun saya mau dan GRATIS.
Sekitar 2 bulan saya menyiapkan
konsep usaha warnet tersebut bersama beberapa teman, mulai dari komputernya mau
gimana, tempatnya mau gimana, mejanya mau gimana dan lain sebagainya. Lucunya,
ketika memikirkan itu semua kita memulainya dengan modal 0 rupiah, hanya
bermodalkan keinginan dan keyakinan warnet itu akan ada suatu hari nanti.
Setelah mematangkan semua konsep,
nyari tempat strategis dan survey harga. Kita mengumpulkan semua data lalu
menjadikannya sebuah proposal usaha. Kalo dipikirin lagi sekarang, aneh juga
sih waktu itu kita semua gak punya sedikitpun tentang warnet dan kewirausahaan
walaupun kita semua adalah mahasiswa jurusan informatika, tapi kekuatan sebuah
niat membuat semuanya menjadi mungkin.
Dikarenakan sangat tidak mungkin
mendapatkan modal sekitar 30 jutaan untuk seorang mahasiswa dan pengangguran
seperti kita. Salah satu yang harus dilakukan adalah mencari investor yang mau
mempercayakan uangnya kita pinjam dan putarkan menjadi sebuah usaha yang
selanjutnya terus menghasilkan baginya. Namun, sejenak muncul pertanyaan dalam
benak kita masing – masing, “siapa yang mau ngemodalin coba orang kita belum
pernah berwirausaha?”
Rencana Tuhan yang terbaik pun
muncul. Diantara kegalauan mencari modal kemana, disaat sedang ngobrol santai
sama salah seorang saudara tentang rencana saya bikin warnet bertemankan
secangkir kopi hangat. Sore itu, saudara saya menyanggupi memberikan jumlah
modal yang saya butuhkan asalkan keuntungannya 60 : 40. Sejujurnya, ketika itu
saya tidak kepikiran berapa banyak uang yang bisa saya raih dalam usaha warnet,
yang saya pikirkan adalah warnet harus jadi. Dan saat itu saya benar – benar merasa
kalau Pertolongan Tuhan itu nyata.
Singkat cerita, sebulan sehabis
obrolan tersebut sesuatu yang masih kosong terisi sudah. Saya bisa lebih focus
mengelola modal yang dipercayakan menjadi satu warnet. Setelah belanja ini itu,
ngedesign ruangan, pasang jaringan dan lain sebagainya. Tibalah saat tersulit
dalam menjalankan sebuah usaha yaitu memberi nama usaha. Kenapa saya bilang
tersulit soalnya nama merupakan doa, dan nama merupakan panggilan terindah jika
namanya jelek kemungkinan besar usahanya bakalan jelek juga.
Sehabis memikirkan dan menimbang,
akhirnya tercetuslah “Struggle Net”. Nama tersebut saya ambil Karena terjemahan
kata struggle adalah perjuangan dan membuat warnet merupakan perjuangan awal
bagi saya dan teman – teman untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Semua
teman pun setuju menamainya struggle, mereka berharap sehabis struggle net ini
akan muncul perjuangan – perjuangan lainnya yang bisa kita jalani agar mampu
mempercepat menggapai mimpi masing – masing.
Dibalik susah payahnya perjuangan
kita semua ngebuat struggle net, apa mau dikata struggle udah tutup meninggalkan
berbagai cerita dan pelajaran buat saya dan semua teman. Cerita tentang
menakutkannya sebulan pertama tinggal disana karena pintu wc selalu ngebuka dan
nutup sendiri. Cerita tentang salah seorang mantan yang sering ikut bolos
disana. Cerita dimana saya kembali jatuh cinta dan mendapatkan pacar sehabis
menjalani susahnya move on. Cerita tentang obrolan tengah malam dimana semua
hal dibicarakan baik itu cinta, mimpi dan masa depan. Cerita tentang
menemukannya orang – orang baru yang ngasih pelajaran ke hidup kita masing – masing.
Cerita tentang malam yang mencekam disaat warnet kita menjadi target untuk
dimalingi Dan cerita tentang saya yang menemukan kesenangan baru yaitu menulis.
Mengingat semuanya, saya
tersenyum sendiri dan tanpa sadar meneteskan air mata. Berbagai cerita di
Struggle Net memberikan kesan berbeda dihati saya, teman, mantan dan keluarga. Entah
kapan saya menemukan struggle net lainnya. Tempat yang dipenuhi sejarah, cinta,
perjuangan dan mimpi. Bagi saya, struggle bukanlah hanya sebuah warnet, tempat
untuk usaha dan menghasilkan uang. Lebih dari itu, struggle ngasih tau sama
saya bagaimana agar tetap bahagia.
I miss every moment in struggle
net …
Saya merindukan ramainya kala
semua computer terisi, saya merindukan bergadang sambil main pointblank bareng –
bareng. Saya merindukan nongkrong didepan warnet kala matahari mulai keluar
malu – malu di ufuk timur dan saya merindukan perjuangan saya dulu
mempertahankan struggle yang hampir bangkrut.
Ya, walaupun struggle net udah
gak ada, saya yakin pasti bakalan ada struggle – struggle net lainnya. Karena
terkadang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan kita harus terpaksa
melepaskan sesuatu paling kita akrabi yang memberikan kita kenyamanan. Sebab tuhan
selalu menyiapkan pertemuan baru sehabis sakitnya sebuah perpisahan.
Alhamdulillah, plong sekali
rasanya sehabis menulis tentang struggle. Apakah kalian punya struggle net juga
seperti saya ? atau masih dalam perjalanan menemukan struggle net ? apapun
jawabannya semoga struggle netnya kalian terus membuat kalian lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar